Tema/ Topik :
Respon konsumen
dari Iklan indomie
Masalah : bagaimana
konsumen memahami makna simbolis/budaya dari iklan, pengaruh iklan terhadap jumlah pembelian mereka, dan bagaimana mereka merespon
iklan tersebut.
Judul : Makna
simbolik dan respon konsumen ats iklan dengan theme of diversity budaya.
Pengarang : Adi Susilo Jahja (ABFI Institute Perbanas ) & Dian Nuranindya
Latar
Berlakang
Periklanan pada dasarnya adalah
proses komunikasi budaya antara produsen dan konsumen di masyarakat (Wells,
1994). Periklanan merupakan salah satu alat yang paling kuat yang dapat
mencerminkan dan pengaruh budaya.
Dari proses melihat iklan, konsumen
mendapatkan produk, pengetahuan budaya
serta makna yang terkait dengan citra produk atau yang diciptakan.
"Makna" adalah simbol dari proses penafsiran bahwa individu yang
berbeda memiliki objek, tindakan pada waktu yang berbeda. Dalam proses
penafsiran, individu membentuk makna dari frame yang berbeda dari referensi dan
pengalaman. Makna dibangun oleh kombinasi pengalaman masa lalu konsumen,
tradisi, budaya, nilai, norma, ideologi, kebutuhan, dan emosi dalam suatu
budaya tertentu (Wells, 1994). Peneliti harus bergerak di luar untuk melihat
makna yang tersembunyi dalam pesan kompleks (Rhoades, 2006).
Indomie merupakan mie instan yang tidak berasal dari Indonesia. Namun, banyak orang menjadikan makanan ini porsi setiap hari. Meskipun produk serupa yang tersedia di Cina, mie instan modern ditemukan oleh Momofuku Ando dari Nissin Makanan Jepang (Wikipedia, 2009) dengan rasa yang telah disesuaikan dengan selera Indonesia.
Artikel ini membahas bagaimana ABFII Perbanas siswa sebagai konsumen menafsirkan makna simbolis iklan Indomie dan dan bagaimana mereka merespon iklan.
Indomie merupakan mie instan yang tidak berasal dari Indonesia. Namun, banyak orang menjadikan makanan ini porsi setiap hari. Meskipun produk serupa yang tersedia di Cina, mie instan modern ditemukan oleh Momofuku Ando dari Nissin Makanan Jepang (Wikipedia, 2009) dengan rasa yang telah disesuaikan dengan selera Indonesia.
Artikel ini membahas bagaimana ABFII Perbanas siswa sebagai konsumen menafsirkan makna simbolis iklan Indomie dan dan bagaimana mereka merespon iklan.
Masalah
Bagaimana konsumen memahami makna simbolis/budaya
dari iklan, pengaruh iklan terhadap jumlah pembelian mereka, dan bagaimana
mereka merespon iklan tersebut
Tujuan
Agar konsumen benar-benar
mengetahui/memahami makna dari sebuah iklan yg ada di Indonesia sekarang,
khususnya iklan indomie , serta dapat merespon iklan-iklan tersebut dengan
baik.
Metodologi Penelitian
- PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian
yang kita lakukan adalah penelitian kualitatif dengan paradigma
penelitian interpretif. Wawancara dengan 20 mahasiswa ABFII Perbanas Jakarta, Indonesia,
yang berasal dari berbagai suku bangsa.
Penelitian yang mencirikan
keterlibatan pendekatan, interpretif naturalistik untuk materi pokoknya.
- WAWANCARA IKLAN
Kami melakukan wawancara dengan agen
periklanan Matari Advertising, Jakarta, dan
dengan pelanggan yang merupakan mahasiswa ABFII Perbanas, Jakarta. Dimana tujuan dari wawancara dengan
agen periklanan ini adalah untuk mengetahui ide-ide mereka dalam membuat iklan
ini. Kami mewawancarai direktur kreatif, copywriter dan
direktur seni iklan ini. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pertanyaan
terbuka dan dicatat. Wawancara dilakukan secara informal dengan informan di
lokasi yang berbeda, yakni di kampus, di rumah kos, dan di mal. Kami memilih 20
informan sebagai obyek penelitian, karena kami pikir iklan ini mengungkapkan
berbagai etnis, sehingga kami bisa mendapatkan berbagai persepsi dari informan.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari 8 pria dan 12 wanita, berusia antara 20-24 tahun. Mereka datang dari berbagai suku, yaitu: Jawa (8 orang), Sunda (6 orang), Kalimantan (1 orang), Bengkulu (1 orang), Batak (1 orang), Pakistan (1 orang), dan satu orang berkembang biak campuran ( Jawa, Padang, Sunda, dan Batak).
Sebelum wawancara, masing-masing informan ditunjukkan iklan Indomie "Satu rasa" versi dari laptop dengan tema ”Indomie mendefinisikan keanekaragaman Indonesia dalam kebahagiaan”. Setelah itu, wawancara dilakukan. Wawancara dilakukan secara individual dengan menggunakan tape recorder. Pertanyaan terkait dengan pandangan dan perasaan mereka tentang iklan ini dan jawaban mereka.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari 8 pria dan 12 wanita, berusia antara 20-24 tahun. Mereka datang dari berbagai suku, yaitu: Jawa (8 orang), Sunda (6 orang), Kalimantan (1 orang), Bengkulu (1 orang), Batak (1 orang), Pakistan (1 orang), dan satu orang berkembang biak campuran ( Jawa, Padang, Sunda, dan Batak).
Sebelum wawancara, masing-masing informan ditunjukkan iklan Indomie "Satu rasa" versi dari laptop dengan tema ”Indomie mendefinisikan keanekaragaman Indonesia dalam kebahagiaan”. Setelah itu, wawancara dilakukan. Wawancara dilakukan secara individual dengan menggunakan tape recorder. Pertanyaan terkait dengan pandangan dan perasaan mereka tentang iklan ini dan jawaban mereka.
- RESPON KONSUMEN
a)
Respon kognitif
Untuk melihat dan mengetahui versi dari "rasa Satu" iklan Indomie.
Untuk melihat dan mengetahui versi dari "rasa Satu" iklan Indomie.
b)
Respon afektif
Untuk mengetahui perasaan konsumen (informan), para peneliti mengajukan pertanyaan tentang apa yang mereka pikirkan dan rasakan ketika mereka melihat iklan.
Untuk mengetahui perasaan konsumen (informan), para peneliti mengajukan pertanyaan tentang apa yang mereka pikirkan dan rasakan ketika mereka melihat iklan.
c)
Perilaku respon
Berdasarkan wawancara dengan informan, sebagian besar dari mereka berpikir bahwa iklan tersebut mempengaruhi pola konsumsi mereka. Karena mereka telah dikenal dan dikonsumsi Indomie sebelum iklan ini ditampilkan di televisi.
Berdasarkan wawancara dengan informan, sebagian besar dari mereka berpikir bahwa iklan tersebut mempengaruhi pola konsumsi mereka. Karena mereka telah dikenal dan dikonsumsi Indomie sebelum iklan ini ditampilkan di televisi.
- DISKUSI
Salah
satu yang paling kuat dan bertahan pendorong pertumbuhan pasar mie instan
adalah sebuah konsep yang benar-benar fungsional kenyamanan diwujudkan dan
dicontohkan oleh produk.
Dengan
demikian peningkatan konsumsi mie instan, serta loyalitas konsumen, disebabkan
faktor budaya yang diperoleh dari produsen dan agen periklanan, faktor
kenyamanan, dan pasar domestik yang besar. Faktor-faktor tersebut telah membuat
PT Indofood Sukses Mandiri sebagai produsen terbesar di dunia. Bahan baku utama
mie adalah tepung gandum, yang tidak diproduksi oleh petani Indonesia, tetapi impor.
Pengembangan industri ini akan meningkatkan ketergantungan pada tepung terigu
impor. Dalam hal ini, Denzin's (2001) pernyataan menjadi relevan.
Kesimpulan
Iklan yang ditampilkan menunjukkan
perbedaan dalam bahasa dan etnisitas. Informan memperhatikan simbol-simbol yang
dibuat oleh pengiklan seperti rumah tradisional, bahasa, etnisitas dan tempat
latar belakang. Serta dapat memahami apa yang disampaikan pengiklan. Pada dasarnya, orang-orang menonton televisi
adalah untuk informasi dan hiburan, bukan untuk menganalisis pesan iklan,
sehingga pada umumnya mereka tidak berpikir terlalu dalam tentang periklanan
(Fam, 2006). Frekuensi menjalankan iklan di TV cukup sering, membuat para
penonton mengenali dan memahami iklan ini. Menjadi konsumen untuk waktu yang
lama, sebagian besar informan yang tidak terpengaruh dalam pola pembelian
mereka. Namun demikian, loyalitas konsumen terus eksis dan sangat berpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA
Bendixen,
M. T. 1993. Effects and Advertising Effectiveness. European Journal of
Marketing,
27(10): 19-32.
Blackwell,
R.D., Miniard, P.W., & Engel, J.F. 2001. Consumer behavior. (9th
ed.) For
Worth:
Harcourt College Publishers.
Craig,
C. S. & Douglas, S. P. 2006. Beyond national culture: implications of
cultural
dynamics
for consumer research. International Marketing Review,
23(3):322.
Denzin, N. K. 2001.
The seventh moment: Qualitative inquiry and
the practices of a more radical consumer research. Journal
of Consumer Research, 28(2): 324-330.
Fabiosa,
J. F. 2006. Westernization of the Asian diet: the case of rising wheat
consumption
in Indonesia. Working Paper 06-WP 422. Center for
Agricultural and Rural Development Iowa State University, Ames, Iowa.
Fam,
K. S. & Waller, D. S. 2006. Identifying likeable attributes: a qualitative
study of
television
advertisements in Asia. Qualitative Market Research, 9(1):
38-50.
Global Industry
Analysts. 2008. World instant noodles market to reach 158.7 billion
packs
by 2010. http://www.prweb.com/releases/instant_noodles/fast_food
/prweb869434.htm
Leigh,
J. H. & Gabel, T. G. 1992. Symbolic interactionism: Its effects on consumer
behavior
and implications for marketing strategy. The Journal of Consumer Marketing,
9: 27-38.
Lipoeto,
N. I., Agus, Z., Oenzil, F., Masrul, M., Wattanapenbaibon, N., & Wahlqvist,
M.
L. 2001. Contemporary
Minangkabau food culture in West Sumatra, Indonesia. Asia
Pacific J Clin Nutr, 10(1):10–16
Loughlin, C., Marks, S.,
Shauki, A., & Sirait, N. 1999. Report on Competition Policy in
Indonesia. A study funded by the
Economic Law and Improved Procurement Systems (ELIPS) Project USAID -
Government of Indonesia
Lis.
2005. " Serius Ciptakan Value ". Sriwijaya Post, 14 February 2005.
Maarif, S. 2001. Competition law and
policy in Indonesia. This report is produced as a
part of the ASEAN Competition Law Project.
McCracken,
G. 1986. Culture and consumption: A theoretical account of the structure
and
movement of the cultural meaning of consumer goods. The Journal of Consumer
Research, 13(1): 71-84.
Meenaghan,
T. 1995. The role of advertising in brand image development. The Journal
of
Product and Brand Management,
4(4): 23-34.
Pettigrew,
S. 2006. Symbolic double-coding: the case of Australian pubs. Qualitative
Market
Research,
9(2): 157-169.
Rhoades,
E. B. 2006. "The stuff you need out
here": A semiotic analysis of
agricultural
magazine advertisements.
Paper
presented at the Southern Association of Agricultural scientists' 103rd annual
meeting in Orlando. http://agnews.tamu.edu/saas/2006/Agricultural.pdf
Sidharta , M. 2005. Old
recipes, new meals, the localization of Chinese food in
Solomon,
M. R. 2004. Consumer behavior: buying, having, and being. Upper Saddle
River,
New Jersey: Pearson Education, Inc.
Smith
R. E., Chen, J., & Yang, X. 2008. The impact of advertising on the
creativity
hierarchy
of effects. Journal of Advertising, 37(4): 47-61.
Swanson, R. A. 2005. The Process of Framing Research in
Organizations. In Swanson, Richard A., & Holton III, E. F. (Eds.). Research in Organizations: Foundations and
Methods of Inquiry. San-Francisco:
Baerrett-Koehler Publishers, Inc.
Wahyudi, I. 2004. Symbolism,
Rationality and Myth in Organizational Control Systems: An Ethnographic Case
Study of Perbanas Business School
Jakarta Indonesia. Unpublished
Dissertation, University
of Wollongong.
Wells,
L. G. 1994. Western concepts, Russian perspectives: Meanings of advertising in
the
former Soviet Union. Journal of Advertising, 23(1):
83-95.
Wikipedia.
2009. Instant noodles. http://en.wikipedia.org/wiki/Instant_noodles.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar