Sindikasi welcomepage.okezone.com

Sabtu, 24 November 2012

REVIEW JURNAL



 
Tema/ Topik              : Respon konsumen dari Iklan indomie
Masalah                     : bagaimana konsumen memahami makna simbolis/budaya dari iklan, pengaruh iklan terhadap jumlah pembelian mereka, dan bagaimana mereka merespon iklan tersebut.
Judul                          : Makna simbolik dan respon konsumen ats iklan dengan theme of diversity budaya.
Pengarang                              : Adi Susilo Jahja (ABFI Institute Perbanas ) & Dian Nuranindya

Latar Berlakang
            Periklanan pada dasarnya adalah proses komunikasi budaya antara produsen dan konsumen di masyarakat (Wells, 1994). Periklanan merupakan salah satu alat yang paling kuat yang dapat mencerminkan dan pengaruh budaya.
Dari proses melihat iklan, konsumen mendapatkan produk,  pengetahuan budaya serta makna yang terkait dengan citra produk atau yang diciptakan. "Makna" adalah simbol dari proses penafsiran bahwa individu yang berbeda memiliki objek, tindakan pada waktu yang berbeda. Dalam proses penafsiran, individu membentuk makna dari frame yang berbeda dari referensi dan pengalaman. Makna dibangun oleh kombinasi pengalaman masa lalu konsumen, tradisi, budaya, nilai, norma, ideologi, kebutuhan, dan emosi dalam suatu budaya tertentu (Wells, 1994). Peneliti harus bergerak di luar untuk melihat makna yang tersembunyi dalam pesan kompleks (Rhoades, 2006).
            Indomie merupakan mie instan yang tidak berasal dari Indonesia. Namun, banyak orang menjadikan makanan ini porsi setiap hari. Meskipun produk serupa yang tersedia di Cina, mie instan modern ditemukan oleh Momofuku Ando dari Nissin Makanan Jepang (Wikipedia, 2009) dengan rasa yang telah disesuaikan dengan selera Indonesia.
            Artikel ini membahas bagaimana ABFII Perbanas siswa sebagai konsumen menafsirkan makna simbolis iklan Indomie dan dan bagaimana mereka merespon iklan.

Masalah
            Bagaimana konsumen memahami makna simbolis/budaya dari iklan, pengaruh iklan terhadap jumlah pembelian mereka, dan bagaimana mereka merespon iklan tersebut

Tujuan
            Agar konsumen benar-benar mengetahui/memahami makna dari sebuah iklan yg ada di Indonesia sekarang, khususnya iklan indomie , serta dapat merespon iklan-iklan tersebut dengan baik.

Metodologi Penelitian
  1. PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian yang kita lakukan adalah penelitian kualitatif dengan paradigma penelitian interpretif. Wawancara dengan 20 mahasiswa ABFII Perbanas Jakarta, Indonesia, yang berasal dari berbagai suku bangsa.
Penelitian yang mencirikan keterlibatan pendekatan, interpretif naturalistik untuk materi pokoknya.  
  1. WAWANCARA IKLAN
Kami melakukan wawancara dengan agen periklanan Matari Advertising, Jakarta, dan dengan pelanggan yang merupakan mahasiswa ABFII Perbanas, Jakarta. Dimana tujuan dari wawancara dengan agen periklanan ini adalah untuk mengetahui ide-ide mereka dalam membuat iklan ini. Kami mewawancarai direktur kreatif, copywriter dan direktur seni iklan ini. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terbuka dan dicatat. Wawancara dilakukan secara informal dengan informan di lokasi yang berbeda, yakni di kampus, di rumah kos, dan di mal. Kami memilih 20 informan sebagai obyek penelitian, karena kami pikir iklan ini mengungkapkan berbagai etnis, sehingga kami bisa mendapatkan berbagai persepsi dari informan.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari 8 pria dan 12 wanita, berusia antara 20-24 tahun. Mereka datang dari berbagai suku, yaitu: Jawa (8 orang), Sunda (6 orang), Kalimantan (1 orang), Bengkulu (1 orang), Batak (1 orang), Pakistan (1 orang), dan satu orang berkembang biak campuran (
Jawa, Padang, Sunda, dan Batak).
Sebelum wawancara, masing-masing informan ditunjukkan iklan Indomie "Satu rasa" versi dari laptop dengan tema ”Indomie mendefinisikan keanekaragaman Indonesia dalam kebahagiaan”. Setelah itu, wawancara dilakukan. Wawancara dilakukan secara individual dengan menggunakan tape recorder. Pertanyaan terkait dengan pandangan dan perasaan mereka tentang iklan ini dan jawaban mereka.



  1. RESPON KONSUMEN
a)      Respon kognitif
Untuk melihat dan mengetahui versi dari "rasa Satu" iklan Indomie.
b)      Respon afektif
Untuk mengetahui perasaan konsumen (informan), para peneliti mengajukan pertanyaan tentang apa yang mereka pikirkan dan rasakan ketika mereka melihat iklan.
c)      Perilaku respon
Berdasarkan wawancara dengan informan, sebagian besar dari mereka berpikir bahwa iklan tersebut mempengaruhi pola konsumsi mereka.
Karena mereka telah dikenal dan dikonsumsi Indomie sebelum iklan ini ditampilkan di televisi.
  1. DISKUSI
            Salah satu yang paling kuat dan bertahan pendorong pertumbuhan pasar mie instan adalah sebuah konsep yang benar-benar fungsional kenyamanan diwujudkan dan dicontohkan oleh produk.
            Dengan demikian peningkatan konsumsi mie instan, serta loyalitas konsumen, disebabkan faktor budaya yang diperoleh dari produsen dan agen periklanan, faktor kenyamanan, dan pasar domestik yang besar. Faktor-faktor tersebut telah membuat PT Indofood Sukses Mandiri sebagai produsen terbesar di dunia. Bahan baku utama mie adalah tepung gandum, yang tidak diproduksi oleh petani Indonesia, tetapi impor. Pengembangan industri ini akan meningkatkan ketergantungan pada tepung terigu impor. Dalam hal ini, Denzin's (2001) pernyataan menjadi relevan.

Kesimpulan
            Iklan yang ditampilkan menunjukkan perbedaan dalam bahasa dan etnisitas. Informan memperhatikan simbol-simbol yang dibuat oleh pengiklan seperti rumah tradisional, bahasa, etnisitas dan tempat latar belakang. Serta dapat memahami apa yang disampaikan pengiklan.   Pada dasarnya, orang-orang menonton televisi adalah untuk informasi dan hiburan, bukan untuk menganalisis pesan iklan, sehingga pada umumnya mereka tidak berpikir terlalu dalam tentang periklanan (Fam, 2006). Frekuensi menjalankan iklan di TV cukup sering, membuat para penonton mengenali dan memahami iklan ini. Menjadi konsumen untuk waktu yang lama, sebagian besar informan yang tidak terpengaruh dalam pola pembelian mereka. Namun demikian, loyalitas konsumen terus eksis dan sangat berpengaruh.

DAFTAR PUSTAKA

Bendixen, M. T. 1993. Effects and Advertising Effectiveness. European Journal of
Marketing, 27(10): 19-32.
Blackwell, R.D., Miniard, P.W., & Engel, J.F. 2001. Consumer behavior. (9th ed.) For
Worth: Harcourt College Publishers.
Craig, C. S. & Douglas, S. P. 2006. Beyond national culture: implications of cultural
dynamics for consumer research. International Marketing Review, 23(3):322.
Denzin, N. K. 2001.  The seventh moment: Qualitative inquiry and the practices of a more radical consumer researchJournal of Consumer Research, 28(2): 324-330.
Fabiosa, J. F. 2006. Westernization of the Asian diet: the case of rising wheat
consumption in Indonesia. Working Paper 06-WP 422. Center for Agricultural and Rural Development Iowa State University, Ames, Iowa.
Fam, K. S. & Waller, D. S. 2006. Identifying likeable attributes: a qualitative study of
television advertisements in Asia. Qualitative Market Research, 9(1): 38-50.
Global Industry Analysts. 2008. World instant noodles market to reach 158.7 billion
/prweb869434.htm
Leigh, J. H. & Gabel, T. G. 1992. Symbolic interactionism: Its effects on consumer
behavior and implications for marketing strategy. The Journal of Consumer Marketing, 9: 27-38.
Lipoeto, N. I., Agus, Z., Oenzil, F., Masrul, M., Wattanapenbaibon, N., & Wahlqvist, M.
L. 2001. Contemporary Minangkabau food culture in West Sumatra, Indonesia. Asia Pacific J Clin Nutr, 10(1):10–16

Loughlin, C., Marks, S., Shauki, A., & Sirait, N. 1999. Report on Competition Policy in
Indonesia. A study funded by the Economic Law and Improved Procurement Systems (ELIPS) Project USAID - Government of Indonesia
Lis. 2005. " Serius Ciptakan Value ". Sriwijaya Post, 14 February 2005.
Maarif, S. 2001. Competition law and policy  in Indonesia. This report is produced as a
            part of the ASEAN Competition Law Project.
McCracken, G. 1986. Culture and consumption: A theoretical account of the structure
and movement of the cultural meaning of consumer goods. The Journal of Consumer Research, 13(1): 71-84.
Meenaghan, T. 1995. The role of advertising in brand image development. The Journal
of Product and Brand Management, 4(4): 23-34.
Pettigrew, S. 2006. Symbolic double-coding: the case of Australian pubs. Qualitative
Market Research, 9(2): 157-169.
Rhoades, E. B.  2006. "The stuff you need out here": A semiotic analysis of
agricultural magazine advertisements. Paper presented at the Southern Association of Agricultural scientists' 103rd annual meeting in Orlando. http://agnews.tamu.edu/saas/2006/Agricultural.pdf
Sidharta , M. 2005. Old recipes, new meals, the localization of Chinese food in
Solomon, M. R. 2004. Consumer behavior: buying, having, and being. Upper Saddle
River, New Jersey: Pearson Education, Inc.
Smith R. E., Chen, J., & Yang, X. 2008. The impact of advertising on the creativity
hierarchy of effects. Journal of Advertising, 37(4): 47-61.

Swanson, R. A.  2005. The Process of Framing Research in Organizations. In Swanson, Richard A., & Holton III, E. F. (Eds.).  Research in Organizations: Foundations and Methods of Inquiry. San-Francisco: Baerrett-Koehler Publishers, Inc.
Wahyudi, I. 2004. Symbolism, Rationality and Myth in Organizational Control Systems: An Ethnographic Case Study of Perbanas Business School Jakarta Indonesia. Unpublished Dissertation, University of Wollongong.
Wells, L. G. 1994. Western concepts, Russian perspectives: Meanings of advertising in
the former Soviet Union. Journal of Advertising, 23(1): 83-95.
Wikipedia. 2009. Instant noodles. http://en.wikipedia.org/wiki/Instant_noodles.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar